Senin, 09 November 2015

PERKAWINAN DIHIBRID DAN RASIO FENOTIP FILIALNYA

LAPORAN RESMI
PERKAWINAN DIHIBRID DAN RASIO FENOTIP FILIALNYA












Disusun Oleh :
TSALIS HABIBUROHMAN
15308141013


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
A.    Judul
Perkawinan Dihibrid dan Rasio Fenotip Filialnya
B.     Tujuan
1.      Menunjukkan rasio fenotip dan perkawinan monodihibrid, dengan dominasi penuh maupun tidak penuh.
2.      Menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan dominasi penuh, maupun tidak penuh.
C.     Dasar Teori
Perkawinan monodihibrid pada manusia adalah perkawinan (persilangan hasil hibrid) antara dua induk homosigot dengan satu pasang alel berbeda. Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkab terjadinya perkawinan monodihibrid.

1.      Disebabkan oleh gen dominan
Gen dominan pada suatu persilangan, akan menghasilkan gen yang sama pula dengan keturunannya. Contohnya, polidaktili (kelebihan jari), sindaktili (jari berlekatan), brakidaktili (jari pendek), talasemia (eritrosit kecil), dan kebotakan. (Ir.Suryo. : 11)
2.      Disebabkan oleh gen resesif
Contohnya,  albino, imbisil, skizofrenia, sickle cell anemia. (Kristiyono. 2012:151)

Keturunan hasil persilangan pada F1 (tingkat anak) berfenotip seragam yang merupakan ekspresi gen dominan, bisa seperti induk jantan, induk betina atau mana yang berfenotipe homozigot dominan (untuk gen dominan dengan dominasi penuh, dimana sifat/gen resesif tertutup ekspresinya oleh gen dominan). Jadi, pada dasarnya, keturunan pertama (F1) dari perkawinan hibrid ini bergenotip heterozigot (mengandung sepasang gen dominan-resesif) dan untuk gen dengan dominansi penuh, berfenotip, tertentu sesuai peran gen dominannya.
Pada perkawinan berikutnya adalah keturunan F1 akan menghasilkan keturunan dengan dua macam fenotip, seperti macam fenotip induk-induk awalnya. Dengan kajian statistik (banyaknya pasangan gen yang mungkin dari hasil perkawinan F1 tersebut) dan prinsip dominasi penuh tersebut, peluang perbandingan atau proporsi kedua macam (pada keturunan F2 ini) terpola. (Dr.Paidi, M.Si.2015 : 32)
Penentuan golongan darah dengan menggunakan Sistem ABO, sebagaimana pada tabel berikut (Khristiyono. 2012 : 151) :

Fenotipe
Genotipe
A
IA IA  atau IA IO
B
IB IB  atau IB IO
AB
IA IB
O
IO IO

D.    Alat dan Bahan
1.      Golongan darah dari kedua orang tua objek.
2.      Golongan darah dari objek.
3.      Alat tulis.

E.     Langkah Kerja
1.      Ditulis golongan darah dari orang tua dan objek.
2.      Dicari hasil persilangan pertama (F1)
3.      Hasil dari persilangan pertama (F1) dihitung kembai dengan sesamanya.
4.      Dicari kemungkinan yang terjadi, dari hasil persilangan.

F.      Hasil Pengamatan
Macam Pasangan
Hasil Persilangan
A + O
A, A, A
A + B
A, B, AB

G.    Pembahasan
Praktikum yang berjudul Perkawinan Dihibrid dan Rasio Fenotip Filialnya dilaksanakan secara mandiri. Pada praktikum yang dilakukan, bertujuan untuk menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan monohibrid, baik dengan dominasi penuh, maupun tidak penuh, dan menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan dominasi penuh, maupun tidak penuh. Praktikum ini dilaksanakan berdasarkan hasil golongan darah dari objek dan orangtua objek. Hal tersebut agar didapatkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam persilangan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah jenis golongan darah yang telah diketahui ditulis atau dicatat. Jika belum diketahui, maka disarankan untuk memeriksakan. Kemudian dari hasil jenis golongan darah yang ada disilangkan. Berdasarkan hasil persilangan didapatkan sebagai berikut :
P1: Fenotip      :           A  x  O
      Genotipe   :      IAIO    x   IOIO
         Gamet       :     IAIA, IAIO, IAIO, IOIO
F1        : 75% IO IA(A), 25%IO IO (O)
Dilanjutkan dengan penentuan F2 dengan perkawinan sesama yang dihasilkan.
P2: Fenotip      :           A    x    A
      Genotipe   :      IAIO    x   IAIO
         Gamet       :     IAIA, IAIO, IAIO, IOIO
F2        : 25% IAIA, 50% IAIO,25% IOIO
                                : 75% A : 25% O
Dari hasil persilangan diatas, dapat dijelaskan bahwasannya, golongan darah ibu adalah A, sedangkan ayah adalah A. Jika darah ayah dan ibu disilangkan, maka hasil anaknya adalah A dan O. Dan keduanya seimbang. Pernyataan tersebut didapatkan sesuai dengan dasar teori yang telah tertera. Karena objek memliki darah A, dan saudara kandung dari objek memiliki darah O. Jadi antara kenyataan, penghitungan, dan dasar teori dapat dikatakan bahwa semuanya benar.
Dilanjutkan dengan percobaan untuk penentuan perkawinan dihibrid. Yakni diperoleh hasil sebesar 75% seperti induknya, dan 25% yang merupakan perpaduan dari kedua induknya.
Kemudian dilakukan percobaan yang kedua, masih tetap menggunakan Sistem ABO.  Berdasarkan hasil persilangan didapatkan sebagai berikut :
P1: Fenotip      :           A    x    B
      Genotipe   :      IAIO    x    IBIO
         Gamet       :     IAIB, IBIO, IAIO, IOIO
      F1              :  25 % IAIB (AB), 25 % IBIO (B), 25 % IAIO(A), 25 % IOIO(O)
                        : 25 % AB : 50 % B : 25 % A
Dikarenakan genotipe pada golongan A memiliki dua persamaan, maka kemungkinan keturunan yang akan ada memiliki golongan darah sebagai berikut :
P1: Fenotip      :           A    x    B
      Genotipe   :      IAIA    x    IBIO
         Gamet       :     IAIB, IAIO, IAIB, IOIO
      F1              :  25 % IAIO (A), 50 % IAIB (AB), 25 % IOIO (O)
                                    : 50 % AB : 25 %  A : 25 % B
Dari percobaan pada perhitungan yang kedua didapatkan hasil bahwa kemungkinan golongan darah keturunan selanjutnya adalah A, B, dan AB.

H.    Kesimpulan
Dari percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa :
1.         Rasio fenotip pada perkawinan monohibrid dengan dominan tidak penuh, maka menghasilkan keturunan yang seimbang antara dua persilangan yang dilakukan.
2.         Rasio fenotip pada perkawinan dihibrid yang menyilankan sesamanya (hasil dari F1) antara dominan yang tidak penuh, maka akan menghasilkan keturunan yang lebih dominan terhadap induknya.

I.       Daftar Pustaka
Khristiyono. 2012. Seri Pendalaman Materi Biologi. Jakarta : Esis.
Paidi. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryo. 1999. Genetika. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar