LAPORAN RESMI
PERKAWINAN DIHIBRID DAN RASIO FENOTIP FILIALNYA
Disusun
Oleh :
TSALIS
HABIBUROHMAN
15308141013
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
A. Judul
Perkawinan
Dihibrid dan Rasio Fenotip Filialnya
B. Tujuan
1. Menunjukkan
rasio fenotip dan perkawinan monodihibrid, dengan dominasi penuh maupun tidak
penuh.
2. Menunjukkan
rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan dominasi penuh, maupun
tidak penuh.
C. Dasar
Teori
Perkawinan
monodihibrid pada manusia adalah perkawinan (persilangan hasil hibrid) antara
dua induk homosigot dengan satu pasang alel berbeda. Berikut adalah beberapa
hal yang menyebabkab terjadinya perkawinan monodihibrid.
1. Disebabkan
oleh gen dominan
Gen dominan pada suatu
persilangan, akan menghasilkan gen yang sama pula dengan keturunannya.
Contohnya, polidaktili (kelebihan jari), sindaktili (jari berlekatan),
brakidaktili (jari pendek), talasemia (eritrosit kecil), dan kebotakan.
(Ir.Suryo. : 11)
2. Disebabkan
oleh gen resesif
Contohnya, albino, imbisil, skizofrenia, sickle cell
anemia. (Kristiyono. 2012:151)
Keturunan
hasil persilangan pada F1 (tingkat anak) berfenotip seragam yang merupakan
ekspresi gen dominan, bisa seperti induk jantan, induk betina atau mana yang
berfenotipe homozigot dominan (untuk gen dominan dengan dominasi penuh, dimana
sifat/gen resesif tertutup ekspresinya oleh gen dominan). Jadi, pada dasarnya,
keturunan pertama (F1) dari perkawinan hibrid ini bergenotip heterozigot
(mengandung sepasang gen dominan-resesif) dan untuk gen dengan dominansi penuh,
berfenotip, tertentu sesuai peran gen dominannya.
Pada
perkawinan berikutnya adalah keturunan F1 akan menghasilkan keturunan dengan
dua macam fenotip, seperti macam fenotip induk-induk awalnya. Dengan kajian
statistik (banyaknya pasangan gen yang mungkin dari hasil
perkawinan F1 tersebut) dan prinsip dominasi penuh tersebut, peluang
perbandingan atau proporsi kedua macam (pada keturunan F2 ini) terpola. (Dr.Paidi,
M.Si.2015 : 32)
Penentuan
golongan darah dengan menggunakan Sistem ABO, sebagaimana pada tabel berikut
(Khristiyono. 2012 : 151) :
Fenotipe
|
Genotipe
|
A
|
IA
IA atau IA IO
|
B
|
IB
IB atau IB IO
|
AB
|
IA
IB
|
O
|
IO
IO
|
D. Alat
dan Bahan
1. Golongan
darah dari kedua orang tua objek.
2. Golongan
darah dari objek.
3. Alat
tulis.
E. Langkah
Kerja
1. Ditulis
golongan darah dari orang tua dan objek.
2. Dicari
hasil persilangan pertama (F1)
3. Hasil
dari persilangan pertama (F1) dihitung kembai dengan sesamanya.
4. Dicari
kemungkinan yang terjadi, dari hasil persilangan.
F. Hasil
Pengamatan
Macam Pasangan
|
Hasil Persilangan
|
A
+ O
|
A,
A, A
|
A
+ B
|
A,
B, AB
|
G. Pembahasan
Praktikum yang berjudul Perkawinan Dihibrid dan Rasio Fenotip Filialnya dilaksanakan secara
mandiri. Pada praktikum yang dilakukan, bertujuan untuk menunjukkan rasio
fenotip dari perkawinan monohibrid, baik dengan dominasi penuh, maupun tidak
penuh, dan menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan
dominasi penuh, maupun tidak penuh. Praktikum ini dilaksanakan berdasarkan
hasil golongan darah dari objek dan orangtua objek. Hal tersebut agar
didapatkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam persilangan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah jenis golongan
darah yang telah diketahui ditulis atau dicatat. Jika belum diketahui, maka
disarankan untuk memeriksakan. Kemudian dari hasil jenis golongan darah yang
ada disilangkan. Berdasarkan hasil persilangan didapatkan sebagai berikut :
P1: Fenotip : A
x O
Genotipe : IAIO x IOIO
Gamet :
IAIA, IAIO, IAIO,
IOIO
F1
: 75% IO IA(A),
25%IO IO (O)
Dilanjutkan
dengan penentuan F2 dengan perkawinan sesama yang dihasilkan.
P2: Fenotip : A
x A
Genotipe :
IAIO x IAIO
Gamet :
IAIA, IAIO, IAIO,
IOIO
F2 : 25% IAIA, 50% IAIO,25%
IOIO
:
75% A : 25% O
Dari hasil persilangan diatas, dapat dijelaskan
bahwasannya, golongan darah ibu adalah A, sedangkan ayah adalah A. Jika darah
ayah dan ibu disilangkan, maka hasil anaknya adalah A dan O. Dan keduanya
seimbang. Pernyataan tersebut didapatkan sesuai dengan dasar teori yang telah
tertera. Karena objek memliki darah A, dan saudara kandung dari objek memiliki
darah O. Jadi antara kenyataan, penghitungan, dan dasar teori dapat dikatakan
bahwa semuanya benar.
Dilanjutkan dengan percobaan untuk penentuan
perkawinan dihibrid. Yakni diperoleh hasil sebesar 75% seperti induknya, dan
25% yang merupakan perpaduan dari kedua induknya.
Kemudian dilakukan percobaan yang kedua, masih tetap
menggunakan Sistem ABO. Berdasarkan
hasil persilangan didapatkan sebagai berikut :
P1: Fenotip : A
x B
Genotipe :
IAIO x IBIO
Gamet :
IAIB, IBIO, IAIO,
IOIO
F1 : 25 % IAIB (AB), 25 % IBIO
(B), 25 % IAIO(A), 25 % IOIO(O)
: 25 % AB : 50 % B : 25 % A
Dikarenakan
genotipe pada golongan A memiliki dua persamaan, maka kemungkinan keturunan
yang akan ada memiliki golongan darah sebagai berikut :
P1: Fenotip : A
x B
Genotipe :
IAIA x IBIO
Gamet :
IAIB, IAIO,
IAIB, IOIO
F1 : 25 % IAIO (A), 50 % IAIB
(AB), 25 % IOIO (O)
: 50 % AB :
25 % A : 25 % B
Dari
percobaan pada perhitungan yang kedua didapatkan hasil bahwa kemungkinan
golongan darah keturunan selanjutnya adalah A, B, dan AB.
H. Kesimpulan
Dari percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan
didapatkan bahwa :
1.
Rasio fenotip pada perkawinan monohibrid
dengan dominan tidak penuh, maka menghasilkan keturunan yang seimbang antara
dua persilangan yang dilakukan.
2.
Rasio fenotip pada perkawinan dihibrid
yang menyilankan sesamanya (hasil dari F1) antara dominan yang tidak penuh,
maka akan menghasilkan keturunan yang lebih dominan terhadap induknya.
I. Daftar
Pustaka
Khristiyono.
2012. Seri Pendalaman Materi Biologi.
Jakarta : Esis.
Paidi. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Yogyakarta
: Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryo. 1999. Genetika. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar